Seorang ibu bangun di pagi hari. Ia menyeka
matahari dan memberi salam pada burung-burung
yang mengajarinya harapan. Matanya yang harum
membelai ketiga anaknya satu persatu dengan melati
yang ia petik kemarin sore, semoga nanti di ujung
jalan sana mereka akan menemukan matahari dan
burung-burung dan mengajari mereka harapan
Harapan yang menancap tangguh di dasar
penantiannya. Dalam perjalanan menuju Khalik ia
menjaring air untuk ketiga anaknya; dan suaminya
yang mengajarinya arti kesetiaan
Alfa bermimpi bapaknya membawa panah api
menantang para dewa di langit dan di bumi
melepaskan panahnya di ulu hati ibunya yang
tersenyum bahagia. Ibunya mengajarinya
Jatayu dan Hanoman
Beta melihat bulan penuh cahaya membasuh muka
Ibunya. Ia melambaikan hatinya pada bunga di
taman surga. Ibunya menanam mawar di dadanya,
mawar biru yang harum dan indah, dan berduri
Omega menggambari wajah ibunya dengan
pensil dari arang batok kelapa dan jelaga dari
pantat kuali. Lalu menggambari wajahnya dengan
jelaga itu dan tersenyum, “Ibu cantik seperti aku.”
Ibunya memberinya air susu dari surga yang
melarutkan segala dendam dan sakit hati. Ia berdoa
untuk ibunya, “Tuhanku, tunjukkan
untuk ibuku kasihMu”, dalam tatap
matanya dan kembang kempis hidungnya.
Sang ibu tersenyum, menumpahkan semua
cinta yang ia miliki,
lalu terbang melintasi tujuh lapis langit
menggenggam tangan suaminya
menuju CintaNya
No comments:
Post a Comment