Sunday, February 10, 2008

Sebait Mawar yang Kuberikan Kepadamu


Sudahkah kau baca sebait mawar

yang kuberikan kepadamu,

kuikat dengan seutas puisi

tentang cinta dan kesejatian

Kawanan kupukupu tlah mengajarkan

makna puisi itu pada kita

jauh sebelum ia menyetubuhi putik dan benangsari

Kita masih merabaraba hati kita masingmasing

Sudahkah kau sirami sebait mawar

yang kuberikan kepadamu

dengan dzikir dan sari nurani

agar ia tidak berpaling darimu

Hujan tlah meneteskan kasih

di setiap hurufhurufnya

hingga ia dapat berbagi wangi kepada semesta

Kita masih di sini, terpaku dalam kegamangan

Sudahkah kau tertusuk duri sebait mawar

yang kuberikan kepadamu,

duri itu akan menanami ladang batinmu

dengan setangkai puisi tentang cinta dan kesejatian

Sang ibu telah mengunyahngunyah selaksa duri mawar

‘tika ia mengosongkan rahimnya

mencipta nafas baru

Kita masih diam, menggumam tanpa arti

Seorang Ibu dan Ketiga Anaknya


Seorang ibu bangun di pagi hari. Ia menyeka

matahari dan memberi salam pada burung-burung

yang mengajarinya harapan. Matanya yang harum

membelai ketiga anaknya satu persatu dengan melati

yang ia petik kemarin sore, semoga nanti di ujung

jalan sana mereka akan menemukan matahari dan

burung-burung dan mengajari mereka harapan

Harapan yang menancap tangguh di dasar

penantiannya. Dalam perjalanan menuju Khalik ia

menjaring air untuk ketiga anaknya; dan suaminya

yang mengajarinya arti kesetiaan

Alfa bermimpi bapaknya membawa panah api

menantang para dewa di langit dan di bumi

melepaskan panahnya di ulu hati ibunya yang

tersenyum bahagia. Ibunya mengajarinya

Jatayu dan Hanoman

Beta melihat bulan penuh cahaya membasuh muka

Ibunya. Ia melambaikan hatinya pada bunga di

taman surga. Ibunya menanam mawar di dadanya,

mawar biru yang harum dan indah, dan berduri

Omega menggambari wajah ibunya dengan

pensil dari arang batok kelapa dan jelaga dari

pantat kuali. Lalu menggambari wajahnya dengan

jelaga itu dan tersenyum, “Ibu cantik seperti aku.”

Ibunya memberinya air susu dari surga yang

melarutkan segala dendam dan sakit hati. Ia berdoa

untuk ibunya, “Tuhanku, tunjukkan

untuk ibuku kasihMu”, dalam tatap

matanya dan kembang kempis hidungnya.

Sang ibu tersenyum, menumpahkan semua

cinta yang ia miliki,

lalu terbang melintasi tujuh lapis langit

menggenggam tangan suaminya

menuju CintaNya